Hellow gaes.. selamat datang di NOVITA'GER blog yang isinya paling geer kalo yang lain enggak. Di kesempatan kali ini NOVITA'GER bakal berbagi 'Naskah Drama Kerajaan Banten dan Backsound" nya juga nih buat referensi atau inspirasi barang kali, duuh baik banget dah aku>_< dibuat buat kalian-kalian yang mungkin lagi diberi tugas Guru Sejarah Indonesia buat drama kerajaan khususnya Kerajaan Banten. Langsung aja di baca atau kalian juga bisa lihat vidio dramanya nih saat aku lagi show #aseeqqah
TUGAS
SEJARAH INDONESIA
DRAMA
KERAJAAN BANTEN
Disusun Oleh :
1. Arya Fuad Candra (05)
2. Cindi Eka (07)
3. Dwi Maslamah (13)
4. Indri Yani W.S.U. (18)
5. Mira Hasanah (25)
6. Novita Putri Ardiana (31)
7. Yogi Madfian Nanda (37)
JURUSAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
SMK NEGERI 3 JEPARA
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Babak
1
Di sebuah wilayah di ujung Pulau Jawa, tepatnya di Provinsi Banten
sekitar tahun 1526 berdirilah sebuah kerajaaan islam. Sultan pertama dari
Kerajaan Banten adalah Syarief Hidayatullah, adik dari Sunan Gunung Jati.
Sampai generasi kelima, kerajaan Banten berjalan dengan lancar dan terus
berkembang. Kesedihan pun tidak dapat dihindarkan ketika Sultan kelima tiada.
Namun setelah kesedihan atas kehilangan seorang pemimpin di Kerajaan Banten,
hadirlah tokoh baru yang dijadikan panutan bagi penduduk Kerajaan Banten, ialah
Sultan Ageng Tirtayasa. Puncak kejayaan pun bisa tercapai, tapi siapa yang bisa
menyangka bahwa kejayaan itu akan hilang? Awal kisah saat acara penyerahan
kekuasaan dari sultan kelima kepada Sultan Ageng tirtayasa berlangsung pada
sore hari. Penobatan pengangkatan sultan Ageng Tirtayasa berlangsung meriah
namun khidmat. Sesepuh menyerahkan jabatan kepada sultan.
Sesepuh :
” Aku serahkan jabatan ini kepadamu, semoga engkau dapat menjalankan tugas
sebagai mana mestinya. Ucapan sultan adalah janji dan perbuatan sultan adalah
tindakan yang akan ditiru oleh orang banyak, tindakan dan pilihan sultan akan
menentukan nasib orang banyak maka berlakulah bijaksana dan adil. Aku percaya
kau dapat melakukan nya Pangeran Dipati. ”
Sultan Ageng : “ Terimakasih,
Insyaallah aku dapat melakukan semuanya dengan baik dan benar, aku juga masih
membutuhkan bimbingan dari para tetua dan sesepuh aku memohon
bantuannya.”(terdengar riuh tepuk tangan dari rakyat)
Sultan
Haji : ” Selamat Ayahanda mulai saat
ini kau bukan lah hanya seorang kepala rumah tangga, namun kau adalah pemimpin
bagi kerajaan Banten ini. Sebagai seorang anak aku akan selalu mendukungmu atas
keputusanmu demi kebaikan rakyat dan keluarga kita.
Sultan
Ageng : “ Oh anaku, terimakasih. Ayah
sangat merindukan kamu,nak. Aku sungguh senang kau bisa datang dihari yang
bersejarah ini.”
(Dari
sebelah ruangan, muncullah Pangeran Arya Purbaya)
Arya Purbaya : “ Kakak, kapan kau
datang? Aku merindukanmu, sudah lama sekali sejak terakhir kau kembali. Apa
yang ada di plastik itu kak? Mana oleh oleh untuk ku,Kak?”
Sultan Haji : “ Oh itu baju kotor
kakak seminggu kemaren. Oleh - oleh buat kamu.. Ada cokelat dari arab yang
kakak temukan di pinggir jalan ketika kakan hendak pulang kemari. Tapi sebelum
kakak sampai sudah kakak makan karena lapar.”
Arya Purbaya : “ Lah …”
Sultan Haji : “ Sudah lah, kamu
sudah semakin gendut tidak boleh makan cokelat”
Arya
Purbaya : “ Ah kakak..ini dasar.”
Sultan
Ageng : “ Sudah-sudah lebih baik kita
semua makan malam terlebih dahulu untuk merayakan hari bersejarah ini.”
Sultan
Haji : “ Baik Ayah, ayo Purbaya ”
Arya
Purbaya : ” Ayo.”
Babak
2
Sudah berbulan - bulan sejak hari penobatan itu Sultan Ageng melakukan
tugas - tugas nya, seperti membuat irigasi, memperhatikan kesejahteraan rakyat,
menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan sosial, dan tugas lainnya dengan
baik. Kerajaan Banten pun berkembang pesat karena kelihaian Sultan Ageng dalam
mengelola kerajaanya dan oleh sebab itu Belanda mulai datang dan memata - matai
keluarga Sultan dan lingkungan kerajaannya.
W. Caeff : “Wilma, benar sekali apa yang di
katakan oleh jendral. Banten is so strategis dan tanah nya yang subur akan
sangat menguntungkan kita. Pihak VOC harus segera menguasainya.”
Wilma : “ But, kita harus memikirkan
bagaimana cara menguasai Banten. Kita tidak mungkin langsung menyerang Istana
dan Sultan. For your information saja, kesultanan banten memiliki angkatan
perang yang tangguh, dan sultan yang bijak dalam mengambil keputusan.”
W. Caeff : “ Kita akan terus memata
– matai keluarga sultan. And then kita bisa menghancurkan nya, kamu masih tidak
yakin dengan kemampuanku?”
Wilma : “ Okay, darling. I believe in you.”
Kemudian W. Chaeff dan Wilma pun melanjutkan
aksi memata-matai dan mencuri informasi tentang kerjaan dan keluarga sultan.
W. Caeff : “Wilma, aku punya ide yang bagus
untuk memulai penyerangan! Bagaimana kalau kita memulai dengan cara halus
terlebih dahulu, seperti bernegosiasi. Kita iming-imingi si sultan tua itu
dengan keuntungan yang berlimpah, pasti mereka tergiur.”
Wilma : “Are you sure, Caeff? Kau kira sultan yang kita
hadapi ini seorang ababil yang bisa diperalat dengan mudah? Its so hard!”
W. Ceaff : “ Tenang saja, saat
ini daerah selatan kan kekurangan stok pangan. Kita bisa melakukan kerja sama
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pangan mereka.”
Wilma
: “ You’re right, Lucas. Ayo kita lakukan sekarang juga.”
Setelah itu, W. Ceaff dan istrinya bergegas pergi ke istana Surosowan.
Tak lama di perjalanan, tiba lah mereka di istana Surosowan dan menemui sultan
di istana surosowan namun tak disangka-sangka kedatangan mereka sebagai
perwakilan dari VOC ditolak tegas oleh Sultan Ageng. Ternyata usaha yang
dilakukan oleh W. Ceaff dan Wilma belum
berhasil. Akhirnya W. Ceaff dan Wilma diusir
oleh pengawal sultan.
Sultan Ageng : “ Sesepuh, apakah
tindakanku mengusir mereka seperti tadi itu benar? Bagaimana jika mereka mulai
melakukan penyerangan? Aku bukan takut untuk berperang tapi berapa banyak nyawa
yang melayang jika terjadi peperangan. Rakyat akan sengsara.”
Sesepuh : “ Tidak baginda,
tindakanmu sudah sangat bijaksana. Bagaimanapun mereka mencoba untuk memonopoli
perdangan di Banten, tindakanmu sudah benar. Bagaimanapun juga rakyatlah
prioritas kita. Kalaupun akan terjadi peperangan sultan, percayalah padaku...
prajurit kita terkenal tangguh berani dan setia mereka tidak mungkin berani.
Kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepan nya yang bisa kita lakukan hanya
bersiap-siap,berusaha dan bertawakal.”
Sultan Ageng : “ Benar apa katamu sesepuh,
terimakasih selalu mendukung dan mendampingiku disetiap keadaan. Terimakasih.”
Sesepuh : “ Itu memang sudah
tugasku sebagai pembimbingmu Sultan.”
Masalah tak dapat terhindarkan begitu saja. Beberapa minggu kemudian
setelah negosiasi antara VOC dengan Sultan, segerombolan nelayan datang ke
Istana Sultan untuk melaporkan apa yang telah mereka alami.
Sultan Ageng : “ Ada apa wahai
rakyatku?”
Nelayan : “ Maaf ratuku, tapi
prajurit VOC tadi pagi datang dan memblokade kapal-kapal pedagang asing serta
menghancurkan kapal-kapal milik kami.”
Sesepuh : “ VOC? Sultan
bukankah mereka yang datang menghadap anda waktu itu?”
Sultan Ageng : “Benar. Berani - berani
nya mereka! sesepuh kirim 100 prajurit kesana dan balas hancurkan kapal dagang
mereka. Mereka harus membayar atas perbuatan nya. Usir mereka dari Banten, dan
pastikan rakyat tidak celaka!”
Sesepuh : “ Baik Sultan!”
Pengusiran Belanda dilakukan oleh tentara-tentara yang sultan Ageng
kirimkan di dermaga-dermaga kerajaan Banten. Pasukan yang Sultan Ageng kirimkan
berhasil mengusir kapal-kapal dangan VOC. Beberapa tahun kemudian di ruang
kerjanya, Sultan Ageng tampak sedang memikirkan sesuatu dan kemudian ia
memanggil putra-putranya.
Sultan Ageng : “ Duduklah. Karena
kalian sudah cukup dewasa, aku ingin kalian membantuku dalam menjalankan
pemerintahan dan menjalankan tugas, kau Sultan Haji selaku Putra Mahkota maka
aku memberi kau tugas untuk menjaga kesejahteraan rakyat Banten.”
Sultan Haji : “ Tapi, Ayah..”
Sultan Ageng : “ Ayah yakin kamu pasti
bisa.”
Sultan Haji : “Tapi, Ayah..”
Sultan
Ageng : “ Bisa.”
Sultan Haji : “ Tapi, Ayah..”
Sultan Ageng : “ kamu Bisa.”
Sultan Haji : “ Tapi, Ayah. Aku..”
Sultan Ageng dan Arya Purbaya : “.. Bisa!”
Sultan Haji: “Baiklah ..”
Sultan Ageng dan Arya Purbaya : “ Akhirnya.”
Sultan Haji : “ Terimakasih ayah,
aku akan berusaha sebaik mungkin.”
Sultan Ageng : “ Dan kau Arya Purbaya, aku ingin kau
menjaga kedamaian rakyat banten dan mengambil alih keamanan di kerajaan Banten
ini.”
Arya Purbaya : “ Ba ..”
Sultan Haji : “ Bisaaa !”
(Hening, Arya Purbaya dan Sultan Ageng melihat heran kepada Sultan Haji)
Arya Purbaya : “ Ya memang aku
bisa,wleeeeee. Baiklah ayah, aku juga akan melakukan tugasku dengan baik.”
(Saat makan malam Keluarga sultan)
Sultan Ageng : “ Putraku, apa yang telah kalian lakukan
hari ini?”
Sultan Haji : “ Aku telah
memberikan bantuan sembako kepada rakyat yang tidak mampu ayah.”
Sultan
Ageng : “ Bagus, bagaimana denganmu Purbaya?”
Arya Purbaya : “ Aku telah menjaga
daerah konflik dan mendatanginya langsung ayah, setelah ayah memberikan tugas
itu setelah itu pula tidak ada konflik yang terjadi, aku berhasil mengendalikan
nya ayah.”
Sultan Ageng : “ Bagus Purbaya kau telah melakukan tugasmu
dengan sangat baik, aku sangat bangga padamu.”
Arya Purbaya : “ Terimakasih ayah.”
Setelah makan malam selesai putri gusti berjalan sendirian ke luar
Istana. Sultan Haji iri dan merasa kesal kepada Arya Purbaya, menurut nya ia
juga telah melakukan tugas nya dengan baik tetapi ayah nya hanya memuji nya
sekedarnya saja, berbeda dengan pujian kepada Purbaya. Melihat sang Putra, W.
Ceaff dan istrinya yang sedari tadi menguping tau dengan jelas apa yang Sultan
Haji kesalkan, dan memulai aksinya kembali.
Wilma : “ Sultan Haji ada
apa? Ekspresi wajahmu terlihat sangat kesal.”
Sultan Haji : “ Oh siapa kau?
Apakah itu sangat terlihat? Aduh, jangan sampai kerutan diwajahku bertambah.”
Wilma : “ Perkenalkan aku Wilma,
dan ini Ceaff.”
Sultan Haji : “ Oh perkenalkan aku Sultan
Haji, Putra Mahkota Kerajaan Banten.”
Wilma : “ Ya kami telah
banyak mendengar tentang kedermawanan anda sultan, so apa yang membuat sultan
yang dermawan ini merasa kesal?”
Sultan Haji : “ Ah tidak, aku hanya
merasa iri terhadap adikku, ayahku terlalu membangga banggakan nya, padahal
akulah Putra Mahkotanya. Apakah kalian berfikir aku berlebihan?”
Wilma : “ No, it’s very well Sultan.
Menurutku Sultan Tirtayasa memang lebih menyayangi Pangeran Arya Purbaya.”
Sultan Ageng : “ Kalian mengetahuinya?”
Wilma : “ Ohhh...tidak
maksudku..”
W. Ceaff : “ Astaga, apakah itu
pertanda?”
Sultan Haji : “ Pertanda apa? Apa
maksudmu Ceaff?”
W. Ceaff : “ Oh aku merasa bahwa
walaupun kau putra mahkota tetapi tahta bisa saja di berikan kepada adikmu. Aku
kemarin melihat mereka berbicara serius tanpa sepengetahuanmu. Kurasa mereka
merencanakan sesuatu dibelakangmu.”
Wilma : “ Benar sekali Sultan, dari
kemarin kami memperhatikan ayah dan adikmu serius berdiskusi.”
Sultan Haji : “
Be..be..benarkah?!!”
W. Ceaff : “ Oh astaga jangan
katakan kau tidak mengetahuinya.”
Sultan Haji : “ Tidak. Tidak
mungkin. Aku mengenal adik dan ayahku. Mungkin memang apa yang aku lakukan
tidak sebanding dengan yang purbaya lakukan. Jika aku menjadi lebih baik ayah
pasti akan memujiku juga. Tentu saja, mereka keluargaku. Dan tentang
pembicaraan itu, entahlah...”(Sultan Haji langsung lari begitu saja disusul
oleh kedua orang VOC itu)
Karena mendengar omongan dari orang Belanda itu putri gusti langsung
kembali ke dalam istana dengan suasana hati yang masih buruk. Rupanya pengawal
kerajaan melihat itu semua dn melaporkan semua pada Sultan Ageng, ia pun
memeintahkan pada pengawalnya untuk memanggil Sultan Haji
Sultan
Haji : “ Ada apa ayah memanggilku
malam malam seperti ini?”
Sultan
Ageng : “ Ayah kecewa denganmu. Mengapa
kamu bisa semudah itu iri kepada adikmu sendiri? Dan mengapa kau percaya dengan
perkataan dua orang belanda itu? Apa apaan kamu ini! Seharusnya sebagai putra
mahkota kau harus bisa lebih bijak dari adikmu, dan kalau ingin dipuji ya kerja
dengan keras!”
Sultan Haji : “Tapi ayah, aku tidak
percaya dengan mereka! Tapi setelah aku mendengar perkataan ayah tadi, aku
menyadari bahwa ayah memang berpihak kepada Purbaya. Silahkan, bela saja anak
kesayanganmu itu! Aku bisa buktikan, aku bisa lebih baik dari adikku sendiri.”
(langsung keluar dari ruang kerja ayahnya dan Sultan Ageng pun mengejar)
Sultan Haji pun menemui W. Ceaff dan Wilma, ia dihasut agar menyerang
kerajaan milik ayahnya sendiri untuk menunjukan kekuatanya. Sultan Haji yang
sedang tak dapat berfikir jernih pun menyetujuinya.
Arya
Purbaya : “Kakak! Darimana saja kamu?
Akhirnya kau kembali, kami semua mencarimu.”
Sultan Haji : “ Kampreet! Tidak
usah memanggilku kakak lagi, memangnya aku tak tahu busukmu seperti apa.”
Arya Purbaya : “ Kampret itu apa kak?
Tunggu, aku bisa menjelaskan semuanya Kak aku mohon!”
Sultan Haji : “ Dwaas! Kau bilang
kau putra mahkota, bahasa dasar pun kau tak mengerti! Kau memang tak pantas
menjadi seorang putra mahkota, dan tak akan pernah pantas!”
Arya Purbaya : “ Aku bisa jelaskan
semuanya kak! Kau salah paham, aku tidak pernah punya keinginan untuk merebut
posisimu di kerajaan. Kau yang lebih pantas daripada aku.”
Sultan Haji : “ Aku sudah tak
percaya, aku bisa lebih dari seorang putra mahkota hahaha liat saja nanti.”
Wilma : “ Hello verlieze, kau
pantas untuk dimusnahkan. Kesultanan banten butuh orang yang lebih tangguh
seperti kakakmu, tapi sayang Sultan lebih memilihmu.”
Arya Purbaya : “ Itu semua tidak benar!
Dan kalian tidak usah ikut campur masalah keluargaku ini, aku yakin sultan bisa
menyelesaikan semuanya.”
W. Ceaff : “ Oh ya, lebih baik
kita bertemu dengan sultan terlebih dahulu, melawan orang sepertimu hanya
membuang waktu saja.”
Sultan Ageng : “ Ada apa kalian mencari
saya? Pergi kalian! Memang dengan kalian berhasil mempengaruhi putraku Sultan
Haji, kalian sudah berhasil menduduki kesultanan ini? Kekuasaan tertinggi masih
ditanganku!”
W. Ceaff : “ cih, sultan seperti
ini pantas memimpin kesultanan? Baru seperti ini saja sudah bisa kutangkap.”
Arya Purbaya : “ Ayah, larilah! Biarkan
aku yang menyelesaikan semuanya, bawa ibu pergi menjauh dari sini secepatnya!
Kau harus mencari tempat aman agar tidak celaka.”
Sultan
Ageng : “ Tapi.. hooosh baiklah demi
rakyatku”
Sultan
Haji : “ Apa-apaan seorang sultan
melakukan itu? seharusnya ayah lah yang melawan, buka kamu purbaya! Pecundang!
Tak pantas memimpin Banten!”
Arya
Purbaya : “ Aku melakukan itu, karena
ayah harus aman. Lawanmu adalah aku, jangan libatkan ayah ataupun belanda bodoh
yang kau bawa ini. Kita buktikan siapa yang pantas menjadi pengganti ayah suatu
saat nanti.”(bertengkar)
Sultan Ageng :
“ Hentikan! seorang putra mahkota bukan seperti ini cara membuktikan
kekuatannya!”
Arya Purbaya : “ Ayah menyingkirlah! Ini
terlalu berbahaya, kau harus selamat, kau harus tetap memimpin kerajaan banten
ini, kau adalah sultan ter.......(tiba-tiba W. Ceaff bergerak hendak menusuk
sultan dari arah belakang) Ayah awas dibelakangmu!”
(Sultan pun berhasil terlumpuhkan oleh W. Ceaff)
Arya
Purbaya : “ Ayah! Kakak, apa yang kamu
lakukan!? Mereka orang tua kita kak, bertandinglah seperti seorang pemenang,
bukan pecundang, bukan menyakiti orang orang disekitar kita! Pengecut, penakut,
kekuatanmu hanya ditangan orang2 yang ingin memanfaatkan kita! Sadarlah kak
mereka hanya ingin membuat kita tambah sengsara, mereka ingin merebut kerajaan
ini, kak!”
Sultan Haji : “ Diam kamu, Purbaya!
Kau ingin bernasib sama seperti sultan? Cheaff Wilma tangkap Purbaya! Aku ingin
dia mati perlahan lahan. Bawa dia ke pengasingan terjauh dan biarkan sampai dia
membusuk disana.”
Arya Purbaya : “ Aku belum menyerah Sang Putra Mahkota! Kau akan mengetahui
segalanya nanti, kau akan mengetahui busuknya belanda nanti! Kesultanan banten
akan runtuh tidak lama lagi jika kau tetap melibatkan mereka. Lihat saja
nantiiiiiii!”
Setelah perkelahian berhenti dan Pangeran Arya Purbaya telah di bawa
oleh VOC untuk diasingkan, suasana menjadi hening, Sultan Haji menarik nafas
dan menghembuskannya dengan kuat
Sultan
Haji : “ Apa apaan kalian langsung
masuk kesini tanpa izin pengawalku? ”
W. Ceaff : “Kami kan sudah
bagian dari kerajaan, tentu saja kami bisa masuk kesini kapan saja.”
Sultan Haji : “ Aku pemimpin
kerajaan ini sekarang dan kau bukan bagian dari kesultananku! Sekarang cepat
sebutkan apa yang kamu mau dan angkat kaki dari kerajaanku.”
Wilma : “ Hey sultan tak tahu
diuntung! Kau bisa seperti ini dengan bantuan siapa? Tuyul? Dukun desa? Cih,
bertindaklah lebih sopan dan tunduk kepada kami!”
W. Ceaff : “ Benar itu Gusti!
Dan kami kesini menginginkan kau untuk membuat aturan yang melarang perdagangan
dari pihak lain selain VOC. Blokade juga kapal2 dagang sehingga hanya kami lah
yang menguasai ini!”
Wilma : “ Dan juga kami minta
agar kekuasaan perdagangan diserahkan kepada kami, sesuai dengan perjanjian.”
Sultan Haji : “ A..apa apaan kalian
ini?! Kalian mau memonopoli perdagangan disini, hah? Perjanjian hanya
memperbolehkan kalian kembali berdagang di Banten, bukan memonopoli! Tidak!
Pengawal! Bawa dua belanda ini pergi dari sini!”
Tentara VOC : “ Steek je hand op putra
mahkota! Or i will kill you right on your own palace!”
W. Ceaff : “ Kukira kau cukup
pintar dalam menghadapi kami, haha ternyata tidak sama sekali.”
Wilma
: “ Seluruh pengawalmu sudah kuhabisi, dan pos pos penjagaan sudah diduduki
oleh koloni kami. Ada kata kata terakhir yang ingin kau sampaikan, Putra
mahkota?”
Sultan Haji : “ Kurang hajar!
Pengkhianat! Padahal aku akan memberikanmu koin emas sebanyak apapun yang kau
mau tapi ternyata kau menginginkan kerajaanku! verrader!”
W. Ceaff : “ kami tak butuh
koinmu bodoh, kerajaanmu lah yang akan mensejahterakan negara kami.”
Sultan Haji : “ Kampreeet! AGGGHHHH”
(Ditembak tentara VOC)
Wilma : “ Yah.. dia sudah
mati. Buang dia ke laut agar menyatu dengan ayahnya Ceaff, hubungi kolonel kita
karena malam ini kita akan berpesta atas kemenangan kita.”
Tentara
VOC : “ Klaar commandant!”
Akhirnya kesultanan Banten pun jatuh ke tangan VOC. Sejak saat itu,
rakyat banten benar-benar mengalami penyiksaan yang sangat berat. Sewa tanah
yang besar, penyiksaan, kelaparan, dan segala bentuk penjajahan yang diatur
oleh VOC benar-benar menyulitkan mereka. Padahal, hanya berawal dari
kesalahpahaman dan rasa dengki, tetapi bisa berakibat fatal terhadap orang
lain.
Amanat yang dapat kita ambil dari cerita di atas adalah bahwa kita tidak boleh
terlalu mempercayai orang yang baru saja kita kenal agar tidak ada fitnah dan
kesalahpahaman seperti sang putri Gusti alami. Kita juga harus menghormati
serta menyayangi keluarga kita. Cinta orangtua kepada anak nya adalah cinta
yang tak bersyarat dan tulus, maka celakalah Sultan Haji yang durhaka menyerang
orangtua serta adiknya yang mencintainya hanya karena kekuasaan.